Latest News

Gadis Bunga Lotus - Raden Denis Indrawan | Cerpen

Lembayung sore yang indah menciptakan bumi seakan bewarna jingga Gadis Bunga Lotus - Raden Denis Indrawan | Cerpen
Desain By M. Rizki Riswandi

Lembayung sore yang indah menciptakan bumi seakan bewarna jingga, bunyi burung seakan menambah keindahannya.

Saat itu saya berumur tujuh tahun di sebuah danau erat rumahku.

aku bangun sempurna di pinggir danau melihat pemandangan dimana pohon pohon besar bangun dengan gagahnya, burung burung berkicau dengan senang dan ikan ikan bermain dengan senangnya dan bunga bunga lotus tampak indah menghiasi danau, saya duduk di antara kebahagian alam termangu sambil memperhatikan sekeliling. 

dari kejauhan tampak seorang gadis kecil yang seumuran denganku sedang menatap danau. saya bangun dengan perlahan dan coba mendekatinya ia tersenyum ketika melihatku ia ibarat malaikat kecil, hati ku berdebar ketika melihatnya seakan akan terjadi sesuatu di dalam hatiku tapi saya tidak tahu apa itu, ketika itu saya belum mengenal yang namanya cinta.

“kamu lihat apa?” tanyaku dengan gugup.
“bunga itu” ia membuktikan jarinya pada bunga lotus yang ada di danau.
“kamu suka bunga itu?”
“iya” ia tersenyum menatapku sebentar kemudian kembali memperhatikan bunga lotus itu.

Aku berjalan mendekati air danau menjulurkan tanganku mengambil satu bunga lotus, ia hanya membisu sambil memperhatikanku menggapai kesusahan menggambil bunga itu.

“ini buat kamu” saya tersenyum menawarkan bunga itu, tapi mimik wajah gadis itu ibarat membuktikan sesuatu yang lain.
“kenapa kau mengambilnya?” nada gadis itu sedikit berbeda.
“karena kau suka bunga ini” wajahku meredup menjawab pertanyaannya.
“aku suka melihat bunga itu ada di sana di tempatnya bersama tema-temanya, tapi kini kau malah merusaknya” gadis itu murka menatapku dengan tatapan benci.

Aku hanya tertunduk melihat gadis itu murka saya ingin menyampaikan maaf tapi gadis itu pergi begitu saja meninggalkanku dangan bunga yang kupegang. saya pulang dangan rasa bersalah, saya hanya ingin memberinya bunga ini berharap ia senang tapi saya malah membuatnya murka bahkan saya pun belum tahu siapa namanya.

kusimpan bungan itu dalam kaleng bersama mainan-mainanku yang rusak, saya tidak ingin melihat bunga itu lagi, lantaran dengan melihatnya menciptakan rasa bersalahku semakin besar, saya benci dengan bunga itu.

Sejak ketika itu hingga kini saya masuk smp, saya masih benci dengan bunga lotus entah kenapa mungkin lantaran ketika itu saya menyayangi gadis itu, hingga ketika ini saya tidak pernah bertemu dengan gadis bunga lotus itu entah bagaimana kabarnya dan sedang apa ia kini yang terang ia cinta pertamaku, dan bunga lotus itu masih tersimpan dalam kaleng hingga ketika ini.

Ini hari pertamaku masuk smp, hari pertama mengenal teman-teman gres sesudah menuntaskan sekolah dasar, orang tuaku memasukanku di smp swasta yang cukup populer di kota ini. saya bersiap untuk berangkat sambil mengencangkan tali sepatuku.

Di sekolah saya bertemu dengan aneka macam macam orang, saya bisa mencicipi kebahagian mereka, lantaran diriku pun sama bahagianya ibarat mereka, saya senang lantaran saya telah naik satu tingkat saya senang lantaran saya sudah bukan bawah umur lagi yang menggunakan seragam putih merah. saya berjalan mengelilingi sekolah dengan sesekali melihat ruangan-ruangan yang ada, saya berjalan menuju aula yang terletak di depan ruang guru, belum sempat hingga di aula langkahku terhenti lantaran bertabrakan dengan seorang gadis, hatiku berdebar ketika melihatnya, seorang gadis berwajah anggun berhidung mancung entah kapan sepertnya saya pernah bertemu dengannya tapi dimana entahlah, kubuang jauh jauh pikiran itu.

“eh sory…” ujar ku dengan sangat menyesal telah menabraknya.
“gue yang sory ga merhatiin jalan” ia hanya tersenyum sambil menatapku.
Hatiku maasih berdebar, ibarat ada bom yang ditaman dalam jantungku, bahkan ketika ia pergi meninggalkanku sendiri di aula, lamunanku seperti bermain dalam pikiran ku entah apa yang terjadi dalam diriku ketika ini yang terang ketika ini saya jadi bersemangat untuk sekolah.

Sekolah telah berjalan tiga pekan lamanya kiprah demi kiprah tiba silih berganti, tidak pernah satu kiprah pun yang kulewatkan hampir setiap kiprah kuselesaikan dengan baik, pagi ketika kiprah itu diberikan oleh guru malam harinya pribadi kukerjakan begitu seterusnya, dan gadis yang kutabrak di aula hampir setiap hari saya melihatnya, terkadang kami saling senyum ketika berpapasan dan hatiku masih tetap berdebar ketika melihatnya.

Jam membuktikan pukul 14:00 bell pulang sekolah pun terlah di bunyikan, semua murid mulai memasukan buku-buku yang tergeletak di mejanya masing masing begitu juga aku, semua murid nampak begitu semangat ketika pulang sekolah. hari ini saya pulang agak terlambat, saya harus mencari bunga untuk kiprah biologiku.

Aku tau harus kemana untuk mencari bunga?, pikiranku tertuju pada satu tempat. sudah usang juga saya tidak ke daerah itu, tanpa berlama-lama saya pribadi menuju daerah tujuanku, danau erat rumah sudah usang saya tidak mengunjungi daerah ini mungkin terakhir kali saya mengunjungi daerah ini ketika umurku tujuh tahun ketika dimana saya sangat merasa bersalah telah menciptakan seorang gadis marah.

Sejenak ku tatap sekelililing danau tidak ada yang berubah ketika terakhir kali saya kesini, pohon pohon masih nampak terlihat gagah, dan burung burung masih nampak berkicau dengan bahagia, begitu pun ikan masih nampak senang bermain dengan sahabat temanya dan bunga itu masih nampak indah.

Tidak banyak bunga yang terdapat di danau ini hanya bunga bunga tulip, kembang sepatu, dan bunga lotus, saya tidak berminat untuk menentukan bunga lotus entah kenapa melihatnya pun saya malas, mungkin lantaran insiden beberapa tahun silam saya jadi tidak menyukai bunga itu. nampak dari kejauhan seorang gadis yang sedang bangun di samping danau, “sepertinya saya mengenali gadis itu” saya berjalan perlahan memastikan apakah saya mengenalinya, gres setengah jalan saya mendeketinya gadis itu menoleh ke arahku sambil tersenyum.

“kamu? sedang apa disini?” saya terkejut melihat gadis itu yang tidak lain yaitu gadis yang kutabrak di aula waktu itu, jantungku berdetak dua kali lipat lebih kencang dari sebelumnya.

“kamu sendiri sedang apa disini?” gadis itu tersenyum melihat ku kebingungan.
“aku sedang mencari bunga untuk kiprah biologi ku” jawabku gugup.
“oya cari bunga apa?” ia mengernyitkan wajahnya sambil menatapku
“belum terpikirkan” jawab ku singkat “kamu sedang apa disini? tambahku.
“setiap sore saya kesini melihat bunga bunga itu” ia membuktikan jarinya ke arah bunga lotus itu.

“aku tidak menyukai bunga itu” jawabku ketus.
Dia hanya mengerenyit kan wajahnya heran melihatku.
“oya kita sering bertemu di sekolah tapi saya tidak pernah tau namamu” saya mencoba mengalihkan tatapan heranya dengan bertanya.
“namaku kinara, nama mu?” ia tersenyum melihatku menciptakan jantung seakan berhenti. melihat senyumanya seakan melontarkanku pada masa kemudian di mana seorang gadis meninggalkanku dengan memegang bunga lotus, mungkinkah gadis ini? Aku segera membuang jauh jauh pikiran itu.
“nama ku keenan” ujar ku membuyarkan lamunan.
“kau sudah menemukan bunga yang kau cari?” ujarnya dengan nada menyelidik.
“belum tidak ada bunga yang cocok disini” tukasku.
“kau bisa menentukan bunga lotus itu” jawab ia tanpa memalingkan wajahnya dari bunga lotus itu.
“aku tidak suka bunga itu” jawabku sinis.
“kenapa? ada yang salah dengan bunga itu?” kali ini ia antusias dengan jawabanku.
“tidak apa apa” jawabku masih sinis.
“aku suka dengan bunga lotus itu, bunga itu bisa tumbuh di air kotor sekalipun bahkan bisa menciptakan air kotor menjadi jernih” jawabnya tanpa menoleh ke arahku.
“aku membenci bunga itu, kami sudah usang bermusuhan” jawab ku dengan nada sinis. sebegitu ajaibkah bunga itu, tapi sayang saya terlanjur membencinya.
Gadis ini mengingatkan ku pada gadis bunga lotus itu, sekaligus mengingatkan pada insiden yang tidak ingin ku ingat ingat kembali, mungkin kini bunga lotus yang kusimpan dalam kaleng bersama mainan-mainan ku itu sudah mengering dan tidak karuan bentuk nya.

“kenapa kau membencinya?” jawabnya dengan tampang prihatin.
“saat saya berumur tujuh tahun saya suka ke danau ini, saya suka melihat pemandang danau ini dan dulu saya suka dengan bunga itu sama sepertimu, tapi itu dulu” jawabku kemudian duduk di pinggir danau itu tanpa mengubah komitmenku, ia mengikutiku duduk.

“lalu mengapa kau membencinya?” ia bertanya tanpa memalingkan wajahnya dari bunga lotus yang ada di depan kami.
“aku membencinya lantaran ia telah membuatku menyakiti seorang gadis, gadis itu menyukai bunga itu sama ibarat kau, saya mengambil satu bunga itu dan hendak memberikanya tapi ia malah murka dan pergi meninggalkanku, hingga ketika ini masih ku simpan bunga lotus itu mungkin kini sudah mengering dalam kaleng” ceritaku. Dia hanya termenung berkaca beling melihat ku “mungkin ia yaitu cinta pertamaku dan saya belum sempat meminta maaf padanya bahkan belum tahu namnya, itu sebabnya saya membenci bunga itu” tambahku sambil menghela nafas dan menatap bunga itu dalam dalam.

Air mata kinara pun merebak dan bergulir di pipinya, pelupuk matanya tidak lagi bisa membendung air yang terus keluar. sambil terisak-isak gadis itu berkata “maafkan saya telah murka padamu dulu, maaf kan saya tidak mendapatkan bunga itu, setiap hari saya ke danau ini berharap bertemu denganmu untuk meminta maaf tapi kau tidak pernah datang” saya termenung menatapnya dengan mata berkaca-kaca hatiku pilu mendengarnya.

“ternyata kau gadis bunga lotus itu, maafkan saya telah merusak bunga itu, saya hanya ingin memberimu bunga itu” pelupuk mataku pun tidak mampu menahan air yang keluar terus menerus tangisku pun pecah.

Sejak insiden itu saya tidak lagi membenci bunga lotus, saya berterimaksih banyak pada bunga itu lantaran dia, saya menemukan gadis yang selama ini saya cari, kami menjalin hubangan semenjak ketika itu hingga kini kami telah memiliki dua anak dan hidup senang bagai bunga lotus.

Cerpen Karangan : Raden Denis Indrawan
Blog Pengarang : http://radendenisindrawan.blogspot.com/

0 Response to "Gadis Bunga Lotus - Raden Denis Indrawan | Cerpen"