Latest News

Hutan Penuh Misteri (Part 1) | Dongeng Horor - Dongeng Hantu



Indonesia Ku - Senja gres saja turun, di kejauhan masih ada semburat merah muda yang cantik.
Di tepi jalan terdengar bunyi mesin kendaraan beroda empat di mana-mana. Fuhh… saya menghembuskan napas berat melihat pohon-pohon yang awut-awutan di pinggir jalan. Pohon-pohon yang hidup puluhan tahun itu kini sudah tergeletak tak berdaya. Mereka sudah mati. Aku merasa terenyuh, hatiku pilu melihat pohon-pohon yang tak berdosa itu ditebang satu persatu. Dasar para insan serakah, lebih mementingkan bisnis dari pada menjaga alam. Lihat saja jikalau hutan sudah banyak yang gundul, akan terjadi petaka di mana-mana. Baru tahu rasa. Umpatku dalam hati.

Aku harap supaya manusia-manusia serakah itu dieksekusi oleh Sang Penguasa dikarenakan telah merusak alam ciptaan-Nya. Ku goes kembali sepeda yang digunakan untuk berangkat ke sekolah tadi pagi. Aku bersyukur sebab di dekat desaku masih ada hutan yang dilindungi para warga. Desa kami mempunyai peraturan yang sangat tegas untuk tidak sembarang menebang hutan. Itu semua dilakukan demi kelangsungan hidup manusia. Karena bagaimana pun juga hutan yaitu paru-paru dunia yang harus selalu dijaga.

Sebetulnya alasan yang lebih utama tidak diperbolehkan menebang hutan di desaku: biar Hutan Misteri tidak murka pada kami, warga desa. Hutan misteri terletak di pinggir desa. Kenapa disebut sebagai Hutan Misteri, sebab hutan tersebut mempunyai misteri yang terkandung di dalamnya. Menurut Nenek Moyang kami, hutan itu dijaga oleh seorang Ratu pohon yang turun dari langit dan diutus untuk menjaga hutan itu dari tangan para insan serakah yang tidak bertanggung jawab.

Bahkan dahulu pernah ada dua orang laki-laki yang ingin menebang pohon di hutan. Salah satu dari mereka masuk ke dalam hutan. Yang lain menjaga di luar. Sudah usang sekali laki-laki itu tak juga muncul. Temannya gres ingat wacana mitos yang terkandung di dalam Hutan Misteri. Maka ia pun memutuskan untuk meminta santunan warga biar mencari temannya. Para warga sudah mencarinya, tetapi tidak ada gejala ada orang yang masuk ke dalam hutan itu.

Dari situlah warga mulai mempercayai mitos itu. Dan hingga ketika ini tidak ada yang berani menebang hutan sembarangan lagi. Sebelum ke desa, saya harus melewati hutan itu. Aku barhenti sempurna di depan hutan. Ku pandangi hutan yang tinggi pohonnya. Pohon itu sangat tinggi menjulang ke langit. “Selamat sore Humis.” saya menyapa hutan itu dengan sebutan Humis. Angin kecil yang santai menerpa ranting-ranting dedaunan. Seakan hutan itu balas menyapaku. Aku tersenyum. Aku yakin hutan ini memang mempunyai misteri di dalamnya.
Baru beberapa menit bel istirahat berbunyi, kantin sekolah sudah ramai dipenuhi oleh puluhan, bahkan ratusan siswa. Ku cari meja yang biasa daerah saya dan sahabat-sahabatku nongkrong. Sesuai dugaanku, meja itu sudah dipenuhi tiga sahabatku itu.

“Virgo!” panggil seorang wanita berambut panjang lurus yang dicat kemerahan, mengingatkanku pada rambut para selebriti Korea. Wajah yang dirias rapi dengan make-up. Sangat berlawanan dengan wajahku yang pucat dan sederhana. Namanya Gemini. Aku menghampiri mereka.

“Kamu dari mana? Kok gres datang?” tanya perjaka berambut cepak, mata mencorong tajam. Tapi tetap terlihat manis. Dengan hidung mancung dan bibir yang tipis. Belum lagi tubuhnya yang langsing dengan otot-otot yang bersembunyi di balik seragam sekolah. Dia yaitu Aries, salah satu sahabatku -Termasuk orang yang ku sukai. Dan yang duduk di sampingnya berjulukan Leo. Dia tinggi besar dan ganteng. Tak jauh beda dari Aries. Leo juga sahabatku. Kami berempat erat semenjak masuk ke sekolah ini. Dari situlah saya mulai mengenal yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama.

“Maaf, tadi saya ke toilet sebentar.” ucapku sembari duduk di samping Gemini. Aku pribadi memesan makanan.
“Oh ya, Vi. memangnya di dekat desamu ada hutan yang berjulukan Hutan Misteri?” tanya Gemini.
“Iya. Kenapa?”
“Nama yang sangat aneh. Pasti ada suatu misteri yang tersimpan di dalamnya?” sesekali Gemini menyeruput minuman yang dipegangnya.
“Menurut mitos yang ada, hutan itu bukan hutan biasa…” belum sempat ku teruskan ucapanku. Gemini sudah memotongnya.
“Bukan hutan biasa? Maksudmu apa?” tanya Gemini tampak tertarik dan memusatkan perhatiannya padaku.
“Yeah, hutan itu tidak akan membebaskan manusia-manusia perusak alam.” jelasku.
Tiga sahabatku memandangku dengan raut wajah kebingungan.
“Tunggu-tunggu, maksudmu bagaimana? Aku tidak mengerti” ucap Aries.
Akhirnya ia angkat bicara juga. Memang Aries termasuk orang yang pendiam dan jarang banyak bicara di antara kita. Apakah Aries juga tertarik dengan ceritaku? Pikirku dalam hati.

“Jadi, jikalau ada insan yang selalu merusak alam. Jika sudah memasuki hutan itu. Maka ia tidak akan pernah bisa keluar”
“Itu sih hanya mitos. Lagi pula mustahil zaman modern begini ada hal semacam itu. Kita anak IPA, percaya dengan data dan fakta. Bukan mitos murahan menyerupai itu” seru Leo dengan nada meremehkan. Aku tak terima dengan perkataan Leo. Itu artinya ia telah menghina nenek moyang desaku.

“Eh, Leo! Kalau bicara jangan sembarangan. Itu bukan mitos tahu, tapi fakta. kalau kau memang tidak percaya. Buktikan saja sendiri”
“Oke, akan saya buktikan bahwa itu semua bohong. Berhubung saya tidak begitu suka dengan tanaman. Aku akan menunjukan bahwa besok saya bisa ke luar dari hutan itu dengan selamat” mengibaskan tangannya meremehkan.

“Besok siang kita bertemu pribadi di depan hutan itu”
Seusai bicara begitu, Leo beranjak pergi dari kursinya.
“Uhh… ternyata Leo keras kepala juga” saya berdecak kesal.
Aries hanya tersenyum padaku, ia merasa geli melihatku murka dengan memanyunkan bibir. “kemarin-kemarin ke mana? Baru sadar kalau Leo keras kepala” ujarnya. Aku hanya membisu tak menjawab ucapannya.
Siang itu matahari hampir berada di atas kepala-kepala penghuni bumi. Memancarkan teriknya ke segala penjuru ruang hingga masuk ke celah-celah kecil ranting dedaunan. Aku menunggu sempurna di depan daerah yang kami janjikan. Tak berapa usang kemudian datanglah Aries bersama Leo. Lalu disusul dengan Gemini. Tanpa bicara, Leo pribadi memandu kami semua untuk masuk bersamanya.

“Tunggu, Leo!” cegahku sebelum Leo melangkahkan kakinya. “Ibu bilang, lebih baik kau jangan nekat. Aku tahu kau bukan termasuk orang yang suka dengan tanaman. Dan termasuk orang yang sering merusak tanaman. Jadi, kau jangan berani masuk ke dalam hutan itu!”

Leo berpaling sebentar, kemudian ia melangkah kembali mendekati sebuah tumbuhan kecil yang berada di sekitar hutan. Leo berjongkok dan membelai-belai tumbuhan itu. Awalnya ku pikir Leo hanya memegangnya saja, tetapi kemudian ia mencabut tumbuhan itu dengan paksa sehingga tumbuhan tersebut menjadi rusak. Kami terperanjat, beraninya Leo melaksanakan hal itu. Bersamaan dengan itu angin yang tadinya damai mendadak menjadi kencang.

Aku terpengarah, ku lihat air muka Leo yang berubah ketakutan. Rambut kami bergoyang-goyang diterpa angin. Pohon-pohon itu seakan memperingatkan Leo atas perbuatannya yang telah menciptakan Hutan Misteri marah. Angin kencang itu perlahan-lahan berubah kembali tenang. Aku segera memarahi Leo “Lihat! Itu sebab perbuatanmu Hutan Misteri menjadi marah. Cepat, lebih baik kau segera meminta maaf sebelum kau dihukum!”


“Itu cuma kebetulan angin yang lewat” elak Leo. Dasar Leo, sudah jelas-jelas salah, masih tidak mau mengaku.
“Lagi pula lihatlah, saya baik-baik saja saya akan tetap masuk ke dalam hutan untuk menunjukan bahwa di dalam hutan ini tidak ada apa-apa”
“Jadi, siapa yang akan ikut bersamaku?” tanyanya mengangkat sebelah alis tebalnya.
Hening. Aku, Aries, dan Gemini saling pandang. Lalu Aries menghampiri Leo.


“Leo, benar apa yang diucapkan Virgo. Lebih baik kau jangan nekat masuk” Aries mencoba menasihatinya.
“Iya, Leo. Kita tidak ingin ada sesuatu yang jelek terjadi padamu” timpal Gemini.

Ada semburat kekecewaan di wajah Leo “jadi kalian berada di pihak Virgo? Ya sudah. Aku bisa pergi sendiri tanpa kalian. Dan saya akan ke luar dari hutan dengan selamat”
Tanpa mengindahkan kami, Leo masuk ke dalam hutan. Kami menatap punggung Leo. Perlahan sosoknya hilang kolam ditelan rimbunnya hutan.
“Sekarang apa yang harus kita lakukan?” tanya Gemini.
“Kita akan menunggunya hingga ia ke luar dari hutan. Jika dalam waktu dua jam ia belum ke luar. Kita akan menyusulnya masuk ke dalam hutan” terang Aries tanpa mengalihkan pandangannya. Ia terus menatap lurus ke dalam hutan.

Kulihat Gemini. Wajahnya penuh dengan kecemasan. Ia memandangku dan mengangguk dengan lesu. Matahari semakin tinggi dan teriknya semakin panas. Leo belum juga ke luar dari hutan. Kami mulai mencemaskannya. Mungkin telah terjadi sesuatu padanya. “Sudah lebih dari dua jam Leo belum juga ke luar. Aku khawatir ada sesuatu yang terjadi padanya.”

Aku merangkul Gemini dan menatap Aries. Aries menajamkan tatapannya, “Baiklah, kita akan menyusulnya masuk ke dalam hutan” kemudian tanpa diperintah, ia bergegas masuk. Aku dan Gemini mengikutinya dari belakang. Awalnya saya ragu, sebab seumur hidup saya belum pernah masuk ke dalam Hutan Misteri. Bagaimana jikalau di dalamnya banyak berkeliaran binatang buas. Bagaimana jikalau ada hantu di dalamnya, dan bagaimana jikalau kami tidak bisa ke luar lagi.

Gambaran itu terus mengusik pikiranku. Aku berusaha membuang bayangan itu. Aku dihentikan berpikiran jelek dahulu. Kami niscaya bisa ke luar membawa Leo dengan selamat. Setelah berada di dalam hutan. Kami terdiam, melihat sekeliling. Ternyata hutan ini tak jauh dari kesan hutan-hutan biasanya. Tak ada yang berbeda. Atau yang dikatakan Leo memang betul bahwa mitos itu bohong.

“Leo…!!!” teriak Aries. Suaranya menggema di angkasa. Tak ada tanggapan selain bunyi kicauan burung.
Gemini memegang erat lenganku. “Vi, saya takut”
“Sama, Mi. Aku juga takut”

Aku dan Gemini terus mengikuti langkah Aries. Dan kami semakin dalam masuk ke hutan. Aries terus berteriak memanggil Leo. Aku juga ikut membantunya berteriak. Sudah berapa usang dan dalam kami masuk ke dalam hutan mencari Leo, namun kesudahannya nihil. Tak ada tamda-tanda adanya Leo.

“Jangan-jangan Leo dibawa sama makhluk penunggu hutan” ucap Gemini tiba-tiba.
“Kalau bicara jangan aneh, ah!”
Gemini memandangku heran, “loh, Vi. Kan kau sendiri yang bilang bahwa jikalau ada insan yang suka merusak alam sekalinya masuk ke dalam hutan ini tidak akan pernah bisa ke luar. Dan tadi sebelum masuk ke dalam hutan kan Leo merusak tanaman. Makara mitos itu memang nyata… Aku takut. Kita pulang saja”

Aku tak bisa menjawab. Ku pandang Aries untuk meminta jawaban. Ia memandangku balik. “Mi, kita mustahil kembali tanpa Leo. Meskipun Leo keras kepala dan susah diatur. Tapi ia tetap sahabat kita. Kita harus menolongnya. Kau jangan takut. Kan ada aku,” ucap Aries.
Aku tertegun mendengar ucapannya. Sungguh bijak. Kemudian kami pun meneruskan pencarian hingga semakin jauh masuk ke dalam hutan. Tak terasa matahari semakin turun ke arah barat. Hari sudah semakin gelap. “Sudah mau gelap. Apa yang harus kita lakukan?” tanyaku mulai cemas.
“Baiklah. Pencarian hari ini hingga di sini saja. Kita lanjutkan besok. Sekarang ayo kita pulang” kata Aries.

Pada ketika kami akan berbalik, tiba-tiba terdengar teriakan seorang yang tak lain yaitu bunyi Leo.
“Itu bunyi Leo… Ayo cepat kita ke sana?” ucap Aries buru-buru lari ke arah sumber suara.
Aku dan Gemini ikut mengekor di belakangnya. Entah bagaimana awalnya. Kami semua terpeleset jatuh ke dalam lubang. Teriakan kami menggema di dalam lubang. Sesaat ku rasakan tubuhku terbentur sesuatu yang keras -sakit. Kemudian semuanya gelap. Hanya ada saya dan kegelapan.
Aku mencicipi sesuatu menepuk-nepuk pipiku. Samar-samar saya mendengar bunyi Aries memanggil namaku. Aku mengerjap-ngerjap mata untuk melihat sekeliling.

“Syukurlah kau sadar juga” terdengar nada bunyi Aries lega.
“Kita ada di mana?” tanyaku setengah sadar.
Aries menatap ke semua arah.
“Entahlah, saya pun tak tahu. Sepertinya kita terjatuh ke jurang. Dan kini kita tersesat”
Aku tak begitu merespon ucapan Aries. Yang ku rasakan hanyalah kepalaku yang sangat sakit. Tapi semua itu sirna ketika saya teringat ada yang hilang di antara kami. Gemini!

“Di mana Gemini?”
Wajah Aries mendadak pucat. Ia gres menyadari bahwa Gemini telah hilang.
“Kita harus mencari Gemini!” ujarku berusaha bangun. Tapi tak mampu. Jika saja Aries tak menahan tubuhku. Mungkin saya sudah jatuh tersungkur ke tanah. Kakiku tak berpengaruh berdiri. Lemas rasanya. “Sekarang hari sudah gelap. Percuma jikalau kita mencarinya dalam keadaan gelap menyerupai ini. Lebih baik kita kini istirahat. Besok saya akan mencari jalan keluarnya,”

Meskipun itu tidak membuatku tenang. Tapi benar apa yang dikatakannya. Kami mustahil mencari Gimini dan Leo dalam keadaan gelap gulita tanpa diterangi cahaya. Malam itu kami tidur di bawah sebuah pohon. Saat saya bangun, ku sadari kepalaku menyender di pundak Aries. Spontan saya terbangun dan menjauhi kepalaku dari bahunya. Gerakanku yang cepat menciptakan Aries terbangun. Ia menguap lebar. Ku pandangi wajahnya. Ya ampun ia terlihat sangat tampan ketika berdiri tidur. Ia menengok ke arahku. Buru-buru ku alihkan pandangan. Sebelum tertangkap berair bahwa saya belakang layar mencuri pandang padanya.

“Kau sudah bangun?” Aku hanya tersenyum.
“Bagaimana kepalamu? Apakah masih terasa sakit?”
“Sudah lebih baik. Bahkan jauh lebih baik jikalau berada di dekatmu” saya segera menutup mulut. Aduh… saya ini memang payah. Bisa keceplosan menyerupai ini.

“Maksud kau apa?”
“Sudahlah lupakan saja. Daripada kita membisu terus di sini, lebih baik kita mempercepat pencarian”
Aries mengangkat alisnya. “Ayo,” ia membantuku berdiri.
Kami pun melanjutkan pencarian yang tadinya hanya mencari satu orang kini menjadi dua orang. Aku harap mereka baik-baik saja.
“Kamu cari sebelah sana. Aku kesitu. Tapi jangan jauh-jauh” perintah Aries menunjuk ke arah yang disebutnya.
Aku hanya menurutinya. Saat sedang mencari. Aries memanggilku.
“Vi.. Virgo. Cepat ke mari!” teriaknya pelan.
“Ada apa?”
“Lihat itu!” tunjuknya ke arah yang ada di balik semak-semak.
Aku pun mengintip. Mataku terbelalak. Mulutku menganga lebar sehabis melihat sebuah kota. Kota yang sangat indah. Di kejauhan terlihat sebuah taman yang sangat luas berada di tengah-tengah kota. Di taman itu ada sebuah pohon indah, berwarna cemerlang. Pohonnya begitu besar, rindang, dan indah. Aku terperanjat melihat empat orang berperawakan tinggi besar menggotong sebuah sangkar besar yang terbuat dari jeruji besi.

Di dalamnya terdapat seseorang yang tertidur atau mungkin pingsan. Ku perhatikan dengan seksama. Astaga seseorang yang berada di dalam sangkar itu yaitu Gemini. Tetapi yang membuatku tercengang, empat orang itu bukanlah manusia, melainkan… melainkan…. Aku hampir saja menjerit jikalau Aries tidak segera membekap mulutku. Ku pandangi Aries dengan ketakutan. Aries menempelkan jari telunjuk ke bibirnya sebagai arahan bahwa saya harus diam. Setelah mereka pergi jauh. Barulah Aries melepaskan tangannya dari mulutku.
“Me… Mereka bukan manusia!” ucapku gemetaran sebab takut.

BERSAMBUNG



Cerpen Karya : Irma Erviana
Sumber : Cerpenmu.com

0 Response to "Hutan Penuh Misteri (Part 1) | Dongeng Horor - Dongeng Hantu"