Kata wanabakti sendiri berasal dari kata 'wana' dan 'bakti'. Wana merupakan kata dari bahasa Sansakerta yang mempunyai arti hutan, sedangkan bakti mempunyai arti tunduk dan hormat, setia, atau perbuatan yang menyatakan setia.
Saka Wanabakti menjadi satu diantara sebelas Satuan Karya yang bersifat Nasional. Artinya, saka ini telah terbentuk kepemimpinan mulai di tingkat cabang, daerah, hingga nasional. Di samping Saka Wanabakti, saka-saka lain yang bersifat nasional menyerupai Saka Bhayangkara, Saka Bahari, Saka Dirgantara, Saka Bakti Husada, dan Saka Kencana. Juga Saka Taruna Bumi, Saka Wira Kartika, Saka Kalpataru, Saka Pariwisata, dan Saka Widaya Budaya Bakti.
Sesuai dengan tujuannya untuk menanamkan tanggung jawab dan kecintaan terhadap pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, utama di bidang kehutanan, pembentukan dan pengelolaan Saka Wanabakti diselenggarakan atas kerjasama Kwartir Nasional Gerakan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
1. Sejarah Berdirinya Saka Wanabakti
Pembentukan Saka Wanabakti diawali dengan penandatanganan kerjasama oleh Ketua Kwartir Nasional Gerakan , Letjen. Mashudi dengan Menteri Kehutanan, Dr. Soedjarwo pada tanggal 27 Oktober 1983.
Kerja sama tersebut lalu ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Nomor 134 Tahun 1983 wacana Satuan Karya Wanabakti, tertanggal 10 Desember 1983. Beberapa hari kemudian, pada tanggal 19 Desember 1983, Wapres RI, Umar Wirahadikusumah, melantik Pimpinan Saka Wanabakti Nasional.
2. Lambang Saka Wanabakti
Lambang Saka Wanabakti berrbentuk segilima sama sisi dengan panjang sisi masing-masing 5 cm yang mempunyai warna dasar cokelat muda. Di dalamnaya terdapat lambang Kementerian Kehutanan (sekarang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), sepasang lambang Gerakan , dan goresan pena 'Saka Wanabakti'.
Gambar lambang Satuan Karya Wanabakti yaitu sebagai berikut.
Arti kiasan dan klarifikasi selengkapnya mengenai lambang Saka Wanabakti akan diuraikan dalam artikel tersendiri.
3. Anggota Saka Wanabakti
Anggota Satuan Karya Wanabakti terdiri atas Penegak dan Pandega serta pembina pramuka yang berperan sebagai pamong saka dan pelatih Saka Wanabakti. Selain anggota tersebut, Saka Wanabakti juga membuka kesempatan kepada anggota pramuka Siaga dan Penggalang untuk ikut serta sebagai 'Peminat Saka Wanabakti'.
Sebagaimana Satuan Karya lainnya, persyaratan untuk sanggup menjadi anggota Saka Wanabakti antara lain:
- Penegak dan Pandega dan telah menuntaskan SKU tingkat pertama di golongannya (SKU Bantara bagi Penegak atau SKU Pandega).
- Calon Penegak dan Pandega sanggup mengikuti aktivitas Saka dengan catatan dalam jangka waktu 6 bulan yang bersangkutan harus sudah dilantik sebagai Penegak Bantara atau Pandega.
- Terdaftar sebagai anggota gugusdepan di kwarcab di mana Saka Wanabakti itu berada.
- Pemuda yang berusia antara 16 hingga 25 tahun, namun belum tergabung dalam gugusdepan, sanggup mengikuti Saka Wanabakti dengan catatan dalam waktu 1 bulan telah terdaftar (menjadi anggota) di gugusdepan.
- Mendapat surat izin dari orang renta dan Pembina Gudepnya.
- Tidak sedang menjadi salah satu anggota Saka lain.
Anggota-anggota tersebut dihimpun di satuan-satuan Saka Wanabakti yang dibuat di tingkat Kwartir Ranting atau Kwartir Cabang.
4. Krida, TKK, dan Kegiatan Saka Wanabakti
Dalam Saka Wanabakti, selain diberikan pengetahuan dan keterampilan di bidang kepramukaan, para anggota mendapatkan pembinaan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketrampilan di bidang kehutanan yang bertujuan untuk menanamkan rasa cinta dan tanggung jawab terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.
Dalam kegiatannya, anggota Saka Wanabakti dikelompokkan dalam satuan-satuan kecil yang dinamakan krida. Setiap krida beranggotakan antara 5-10 anggota pramuka. Setiap krida mempelajari keterampilan, pengetahuan, dan teknologi tertentu.
Saka Wanabakti mempunyai 4 krida, yaitu:
- Krida Tata Wana
- Krida Reksa Wana
- Krida Bina Wana
- Krida Guna Wana
Masing-masing krida di Saka Wanabakti mempunyai keterampilan-keterampilan khusus yang dimuat dalam Syarat-syarat Kecakapan Khusus (SKK). Anggota krida yang bisa menuntaskan sebuah SKK berhak untuk mengenakan Tanda Kecakapan Khusus (TKK). SKK dan TKK dalam Saka Wanabakti terdiri atas:
- Krida Tata Wana, terdiri atas SKK:
- SKK Perisalah Hutan
- SKK Pengukuran dan Pemetaan Hutan
- SKK Penginderaan Jauh
- Krida Reksa Wana, terdiri atas SKK:
- SKK Keragaman Hayati
- SKK Konservasi Kawasan
- SKK Perlindungan Hutan
- SKK Konservasi Jenis Satwa
- SKK Konservasi Jenis Tumbuhan
- SKK Pemanduan
- SKK Penelusuran Gua
- SKK Pendakian
- SKK Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
- SKK Pengamatan Satwa\
- SKK Penangkaran Satwa
- SKK Pengendalian Perburuan
- SKK Pembudidayan Tumbuhan
- Krida Bina Wana, terdiri atas:
- SKK Konservasi Tanah dan Air
- SKK Perbenihan
- SKK Pembibitan
- Penanaman dan Pemeliharaan
- SKK Perlebahan
- SKK Budidaya Jamur
- SKK Persuteraan Alam
- Krida Guna Wana, terdiri atas:
- SKK Pengenalan Jenis Pohon
- SKK Pencacahan Pohon
- SKK Pengukuran Kayu
- SKK Kerajinan Hutan Kayu
- SKK Pengolahan Hasil Hutan
- SKK Penyulingan Minyak Astiri
Sedangkan untuk aktivitas di Saka Wanabakti, antara lain:
- Latihan rutin
- Kegiatan terpola (misalnya persiapan lomba dll)
- Perkemahan Bakti Saka Wanabakti atau Pertiwana, yaitu perkemahan antar anggota Saka Wanabakti.
- Perkemahan Antar Saka (Peransaka), yaitu perkemahan bersama antar lebih dari satu Saka.
Demikianlah sekilas pengenalan wacana Saka Wanabakti sebagai salah satu dari 11 Satuan Karya tingkat Nasional di Indonesia. Sebagai pramuka yang diberikan ketrampilan khusus di bidang kelestarian sumber daya alam terutama kehutanan, Saka Wanabakti menjadi penggerak dalam penanaman kecintaan dan tanggung jawab terhadap kelestarian hutan beserta isinya.
0 Response to "Satuan Karya (Saka) Wanabakti"