Namun selain sebagai pengarang lagu Himne , adakah anggota pramuka yang sudah mengenal Kak Mut (panggilan dekat Kak Husein Mutahar) lebih lanjut?.
Kak H. Mutahar yaitu seorang habaib (keturunan pribadi Nabi Muhammad), tokoh kepanduan dan kepramukaan, pejuang kemerdekaan, pencipta lagu, pelopor Paskibraka (Pasukan pengibar Bendera Pusaka), wartawan, hingga Duta Besar Indonesia di Vatikan.
H. Mutahar lahir di Semarang, Jawa Tengah, pada tanggal 5 Agustus 1916. Meninggal di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2004 dalam usia 87 tahun. Nama lengkapnya yaitu Habaib Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad Al Muthahar. Namanya lalu lebih dikenal sebagai Husein Mutahar atau Hs. Mutahar. Di lingkungan Gerakan , dia kerap dipanggil sebagai Kak Mut.
Riwayat pendidikannya dimulai dari:
- ELS (Europese Lagere School; SD 7 Tahun),
- MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs; SMP) lulus tahun 1934
- AMS (Algemeene Middelbare School; SMA) lulus tahun 1938
- Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (1946-1947, tidak lulus)
H. Mutahar dan Kepramukaan
H. Mutahar atau Husein Mutahar aktif dalam acara kepanduan (sebelum lahirnya ), ketika berdirinya Gerakan , maupun sehabis kelahiran . Beliau telah aktif menjadi anggota kepanduan ketika masih bersekolah di MULO dan AMS.
Dalam sejarah kepramukaan di Indonesia, dia berperan aktif dalam Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia yang lalu menyelenggarakan Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia pada tanggal 27 - 29 Desember 1945. Konggres ini sendiri lalu berhasil membentuk Pandu Rakyat Indonesia sebagai satu-satunya organisasi kepanduan ketika itu. Husein Mutahar menjabat sebagai anggota Kwartir Besar Pandu Rakyat Indonesia (1945 - 1961).
H. Mutahar juga berperan aktif dalam usaha pendirian Gerakan pada tahun 1961. Bersama tokoh-tokoh kepramukaan lainnya, dia berjuang keras ketika ketika usaha peleburan kepanduan menjadi pramuka berusaha dibelokkan oleh Partai Komunis Indonesia menjadi gerakan Pionir Muda yang berhaluan komunis.
Setelah berdirinya Gerakan (14 Agustus 1961), Husein Mutahar menjabat sebagai anggota Kwartir Nasional hingga beberapa kali periode. Menjabat sebagai Sekjen Majelis Pembimbing Nasional Gerakan periode 1973 - 1978. Selain itu, dia juga aktif sebagai pembina pramuka hingga usia tuanya.
Bahkan dua ahad menjelang wafatnya, H. Mutahar meminta difoto dengan mengenakan pakaian pramuka lengkap dengan bintang jasa dan penghargaan yang diterimanya. Foto inilah yang lalu dicetak dalam ukuran besar dan diletakkan di dekat jenazahnya ketika dia meninggal dunia. Padahal menurutu banyak sekali pihak, H. Mutahar termasuk tokoh yang kerap menghindar ketika hendak difoto.
H. Mutahar Sang Pencipta Lagu Perjuangan
Bagi anggota pramuka H. Mutahar dikenal sebagai pencipta lagu Himne atau Satya Darma . Lagu Hymne sendiri diciptakan pada tahun 1964. Lagu Satya Darma ditetapkan sebagai Himne dalam Anggaran Dasar Gerakan Pasal 51.
Selain lagu Satya Darma , Husein Mutahar juga membuat banyak sekali lagu lainnya, seperti:
- Syukur (1945)
- Himne Almamater (Himne Universitas Indonesia)
- Hari Merdeka (1946)
- Dirgahayu Indonesiaku
- Gembira
- Tepuk Tangan Silang-Silang
- Mari Tepuk
- Jangan Putus Asa
- Saat Berpisah (Tiba Saat Berpisah)
- Dwi Warna
- Bertemu Lagi (Di Sinilah Di Sini Kita Bertemu Lagi)
Bagi anggota pramuka Satya Darma (Himne ), Syukur, Saat Berpisah, dan Bertemu Lagi (Di Sinilah Di Sini Kita Bertemu Lagi) merupakan lagu-lagu yang cukup dikenal. Meskipun beberapa diantara kita tidak menyadari bahwa lagu-lagu tersebut yaitu karya dari Kak Mutahar.
H. Mutahar Pejuang Kemerdekaan dan Penyelamat Bendera Pusaka
Kak Husein Mutahar, selain aktif di kepanduan, juga ikut bergerak aktif dalam usaha melawan penjajah. Pada Oktober 1945 terlibat pribadi dalam 'Pertempuran Lima Hari' di Semarang. Ketika pemerintahan RI hijrah ke Yogyakarta pada tahun 1946, Mutahar diangkat menjadi Sekretaris Laksamana Muda Mohammad Nazir Isa yang ketika itu menjabat sebagai Panglima Angkatan Laut Republik Indonesia (Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut). Di tahun yang sama, HS. Mutahar lalu diangkat menjadi Ajudan Presiden RI, Ir. Soekarno.
Menjelang Ir. Soekarno ditangkap Belanda pada ketika Agresi Militer II Belanda (19 Desember 1948), H. Mutahar mendapat kiprah khusus untuk menyelamatkan 'bendera pusaka' (bendera Merah Putih yang dikibarkan pertama kali ketika Indonesia merdeka) semoga tidak jatuh ke tangan Belanda. Saat Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, dan pejabat lainnya ditangkap Belanda, H. Mutahar pun ikut ditangkap, namun sanggup melarikan diri sambil menyelamatkan bendera pusaka.
Atas jasa dia inilah lalu pemerintah menganugerahkan Bintang Gerilya dan Bintang Mahaputra.
H. Mutahar Bapak Paskibraka
Selain dikenal sebagai tokoh pramuka sekaligus pencipta lagu Hymne , Hs. Mutahar pun dikenal sebagai bapak Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka). Menjelang peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan pertama kali (17 Agustus 1946), Ir. Soekarno berniat melakukan peringatan Detik-Detik Kemerdekaan RI di halaman Gedung Agung Yogyakarta. Ir. Soekarno menugasi H. Mutahar untuk mengonsep dan mempersiapkan program tersebut. Hingga jadinya dia menunjuk lima orang perjaka untuk mengibarkan bendera pusaka. Peringatan tersebut kembali dilaksanakan pada tahun 1947 dan 1948.
Tahun 1967, Husein Mutahar dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk mengonsepo dan mempersiapkan pengibaran bendera pusaka ketika peringatan Hari Kemerdekaan RI. Hasilnya, H. Mutahar membentuk 'Pasukan Pengerek Bendera' yang formasinya terdiri atas tiga kelompok yaitu Kelompok Pengiring (17 orang), kelompok Pembawa (8 orang), dan kelompok Pengawal (45 orang). Nama 'Pasukan Pengerek Bendera' tetap dipergunakan hingga dengan tahun 1972.
Pada tahun 1973, Drs Idik Sulaeman, Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang ketika Penegak dibina oleh H. Mutahar mengusulkan mengganti nama dari 'Pasukan Pengerek Bendera' menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).
Riwayat Jabatan dan Pekerjaan Lainnya
- Wartawan Surat Kabar Het Noordik, Semarang (1938)
- Anggota BPRI (Badan Pemberontak Rakyat Indonesia) Jawa Tengah, 1945
- Sekretaris Panglima Angkatan Laut Republik Indonesia (1945 -1946)
- Redaksi majalah “Revolusi Pemuda” (1945-1946)
- Ajudan Presiden Ir. Soekarno (1946 - 1948)
- Perang Gerilya (1948 - 1949)
- Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan (Udaka) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1966 - 1968)
- Pegawai Departemen Luar Negeri Republik Indonesia (1969)
- Duta Besar Republik Indonesia di Vatikan (1969 - 1973)
- Direktur Protokol Departemen Luar Negeri merangkap Protokol Negara (1973-1974)
Kak Husein Mutahar tidak menikah sepanjang hidupnya sehingga tidak mempunyai keturunan (anak). Meski demikian dia mengangkat 8 anak semang (anak angkat).
Kak Hs. Mutahar meninggal di Jakarta pada tanggal 8 Juni 2004 akhir sakit renta yang dideritanya. Sebagai peserta tanda jasa penghargaan Bintang Gerilya dan Bintang Mahaputra, dia seharusnya berhak dimakamkan di Makam Taman Pahlawan Kalibata. Namun sesuai dengan wasiatnya, dia menentukan dimakamkan di pemakaman umum Jeruk Purut, Jakarta Selatan.
Kak Hs. Mutahar meninggal di Jakarta pada tanggal 8 Juni 2004 akhir sakit renta yang dideritanya. Sebagai peserta tanda jasa penghargaan Bintang Gerilya dan Bintang Mahaputra, dia seharusnya berhak dimakamkan di Makam Taman Pahlawan Kalibata. Namun sesuai dengan wasiatnya, dia menentukan dimakamkan di pemakaman umum Jeruk Purut, Jakarta Selatan.
Tokoh pramuka yang sedari kecil hingga tuanya tetap setia bergelut dengan kepramukaan itu telah tiada. Meninggalkan warisan berharga bagi anggota pramuka se Indonesia. Di samping lagu Satya Darma hasil ciptaaannya, semangat, perjuangan, konsistensi, dan kesederhanaan H. Mutahar patut menjadi suri tauladan bagi kita semua.
0 Response to "Mengenal Kak H. Mutahar, Sang Pencipta Himne"